Breaking News
Loading...
17 April 2017

Info Post
April 17, 2017
Hallo sobat tutorial.. kali ini admin akan bercerita tentang sebuah legenda yang terkenal yaitu - Kisah Si Malin Kundang - yang durhaka kepada ibunya. Langsung saja yuk kita baca ceritanya berikut ini.

Kisah-Si-Malin-Kundang
Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga miskin sederhana di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Keluarga tersebut mempunyai seorang anak kecil yang diberi nama Malin Kundang. Dia merupakan anak yang rajin, cerdas dan suka membantu orang tuanya. Sehingga ibunya sangat menyayangi malin kundang. Sebagai kepala keluarga sang ayah bekerja di kapal-kapal para pedagang untuk mencukupi kehidupan mereka. Karena kondisi ekonomi keluarga yang sangat memprihatinkan, hingga pada suatu ketika ayah malin memutuskan untuk pergi berlayar ke negeri seberang. Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya bisa pulang dengan membawa banyak uang untuk membeli keperluan sehari-harinya. Hari demi hari sudah mereka lalui, namun semenjak hari itu sudah tidak terdengar lagi kabar tentang ayahnya, bahkan hingga berbulan-bulan dan bertahun-tahun lamanya ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah sudah harapan Malin Kundang dan ibunya.

Sehari hari ibu Malin berkerja keras membanting tulang demi menghidupi anak semata wayangnya. Pekerjaan apapun kerap dilakukan oleh ibu Malin, mulai dari menangkap ikan di pantai hingga berjualan kue berkeliling desa. Sejak saat itu Malin Kundang yang masih kecilpun merasa kasihan terhadap ibunya yang sudah tua dan harus bekerja keras untuk menafkahi keluarga. Sejak ditinggal oleh ayahnya merantau, mereka pun hanya tinggal di gubug reot di desa dekat pantai air manis.

Waktu demi waktu mereka jalani hingga tak terasa Malin Kundang pun sudah beranjak dewasa menjadi seorang pemuda yang cerdas dan gagah. Pada suatu malam, si Malin teringat pada sang ayah yang sudah bertahun tahun tak kunjung pulang dan tak ada kabar sedikitpun. Malin pun bersedih setiap kali mengingat ayahnya dan menyadari betapa sulitnya kehidupan yang ia jalani bersama ibunya sepeninggal sang ayah. Malin tidak ingin melihat sang ibu terus berkerja kesusahan, lalu ia pun berpikir dan bertekad untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Pada suatu sore, si Malin menyampaikan maksud tujuannya tersebut kepada sang ibu. “Bunda, Malin ingin pergi merantau ke tanah seberang, apakah bunda merestui kepergian ananda?”. Ibunya Malin pun sangat terkejut mendengarnya. “Apa kau bilang, Kamu mau pergi merantau? Bunda tidak setuju dan ingat pengalaman dulu saat ayahmu pergi merantau dan tidak pernah kembali” (jawab sang ibu Malin). Malin pun berkata, “Jika Malin tidak pergi merantau, kehidupan kita akan tetap seperti ini Bunda, tidak ada perubahan dan Malin tidak mau selamanya hidup dalam kemiskinan, Malin berjanji akan segera pulang jika sudah sukses di tanah seberang”.

Pada akhirnya dengan berat hati, ibu Malin pun merelakan keberangkatan anak semata wayangnya. Malin Kundang pun berpamitan kepada ibunya dan seluruh teman-teman kampungnya untuk pergi ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-teman seumurnya. Karena ketekunannya, dia pun sangat mahir dalam hal perkapalan. Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan,

Di perjalanan tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal tersebut dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung pada saat itu dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena pada saat itu Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu. Setelah terjadi perompakan tersebut Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga serta sedikit uang dan bekal seadanya, Malin Kundang pun berjalan menuju ke sebuah desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat desa setempat setelah sebelumnya menceritakan semua kejadian yang menimpanya itu.

Keadaan desa yang ditinggali Malin tersebut sangat sejuk dan subur. Disana Malin mulai mencari pekerjaan apapun asalkan bisa bertahan hidup. Malin berkerja dengan seorang saudagar kaya yang memiliki banyak usaha dan kapal. Awalnya Malin hanya berkerja sebagai tenaga kasar yang mengangkut barang hasil niaga, dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, lama kelamaan Malin berhasil dalam usahanya tersebut hingga bisa menjadi orang kepercayaan Saudagar. Malin memiliki sikap yang santun, patuh dan sabar selama berkerja dan itulah yang membuat Saudagar sering mengundang Malin untuk datang kerumahnya. Hingga lambat laun, si Malin pun semakin akrab dengan puteri Saudagar, benih benih cinta pun bersemi hingga akhirnya mereka menikah. Semenjak saat itu usaha yang digelutinya pun semakin maju dan sukses hingga kehidupan Malin berubah menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang.

Kesuksesan dan nama besar Malin akhirnya sampai di kampung halaman Malin sewaktu kecil. Bunda Malin sangat senang dan bahagia mendengar anak semata wayangnya sudah menjadi orang sukses di tanah rantau. Setiap malam, ibu Malin berdoa dan berharap supaya anaknya Malin bisa mengunjunginya dan pada suatu hari doa ibu Malin terkabul dimana saat itu kapal Malin sedang berlabuh di dermaga dekat desanya untuk memperluas jaringan niaga. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin bahwa orang yang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istri.

Pada saat Malin Kundang turun dari kapal, Ia disambut oleh ibunya dengan tubuh yang tua dan kurus. Setelah berada cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. Kemudian ibunya berkata: "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambal memeluk Malin Kundang. Namun seketika Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Saat itu Malin Kundang berpura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju yang compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, Ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku", sahut Malin kepada istri yang ia cintai.

Ibunya yang mendengar pernyataan dan perlakuan semena-mena anaknya tersebut menjadi sangat marah. Ia tak menduga bahwa anak semata wayang kesayangannya menjadi anak yang durhaka. Hingga kemarahannya yang memuncak, ibu Malin Kundang pun menengadahkan tangannya sambil berdoa memohon kepada Tuhan "Ya Tuhan, kalau benar dia adalah anak kandungku, ubahlah dia menjadi sebuah batu". Malin pun segera memerintahkan para awak kapal mengangkat jangkar dan kembali berlabuh. Tidak berapa lama sebelum kapal Malin berangkat meninggalkan ibunya, seketika datanglah angin yang bergemuruh kencang dan badai dahsyat yang menghancurkan kapal Malin Kundang. Suara petir saling bersahut sahutan, Malin pun menyadari bahwa kutukan ibunya itu benar-benar terjadi, Malin sambil bersujud memohon ampun kepada ibunya. Namun semuanya sudah terlambat, hingga tubuh Malin Kundang perlahan berubah menjadi kaku dan lama-kelamaan menjadi sebuah batu yang bersujud.

Hikmah Dan Pesan Moral
Dari cerita legenda Malin Kundang diatas dapat kita hikmah dan pesan moralnya yaitu “Janganlah kita durhaka kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Sebab murkanya orang tua menjadi murka Tuhan, ridho orang tua menjadi ridho Tuhan. Dalam keadaan apapun orang tua harus tetap kita jaga, sayangi dan kita terima apa adanya, walaupun kita sudah menjadi orang yang berada dengan harta berlimpah sekalipun, karena kesuksesan seorang anak tidak terlepas dari peran orang tua yang sudah mendidiknya.

Demikianlah informasi kali ini tentang cerita rakyat dan dongeng - Legenda Si Malin Kundang - Semoga apa yang tertulis dalam artikel ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi anda, apabila ada pertanyaan terkait dengan artikel ini jangan sungkan untuk meninggalkan komentar anda dan jangan lupa untuk Bookmark halaman ini, Share dan Follow / Subscribe dan Like Fanspage kami di Facebook dan Twitter supaya tidak ketinggalan dengan artikel terbaru dan terupdate dari blog ini. Terimakasih atas kunjungan anda di blog ini.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © | Tutorial Lengkap | All Right Reserved